It's Okay to Not Be Okay, Ibu!
Rasanya seperti banyak hal
yang hilang setelah jadi Ibu, meski banyak hal baru juga yang kemudian menggantikan.
Dunia yang dulu rasanya bebas untuk mengejar segala yang di-mau-i, kini harus
terseok-seok beradaptasi dengan dunia baru. Dunia menjadi Ibu, Ibu Rumah
Tangga. Dengan banyaknya penilaian dari dunia luar yang serba sok tahu. Tumbuh
menjadi Ibu ternyata tidak mudah. Tapi, it’s
okay to not be okay, Ibu!
Sibuk mengurus rumah dan
mengasuh anak kadang membuat terjebak dalam rutinitas rasa robot, sehingga lupa
membahagiakan diri sendiri dan mungkin menjadi stres. Bahayanya, kesehatan mental bisa terganggu.
Padahal, keluarga bahagia
bermula dari Ibu yang bahagia. Bisa jadi ungkapan ini benar adanya. Inilah alasan
kenapa perasaan Ibu dapat tercermin pada perilaku anak. Kadang tanpa disadari,
anak yang rewel terus saat kita sedang badmood
juga jadi salah satu tanda jika mood seorang Ibu akan menular. Akhirnya, Ibu menjadi
tidak sensitif dan tidak responsif terhadap kebutuhan anak.
Untuk itu, tumbuh menjadi
Ibu yang bahagia sangat perlu bagi saya. Beberapa hal ini sudah coba saya
terapkan untuk mencari kewarasan diri atau self healing.
1. Tidak Perlu Melakukan
Semua Saran Orang
Ini salah satu hal penting menjadi Ibu, melengkapi diri dengan
berbagai informasi yang akurat dan terkini. Jadi, saat terlalu banyak pendapat
orang, kita masih bisa berpegang pada pilihan dan keputusan sendiri.
Yang perlu disadari adalah, tidak ada satu langkah yang pasti
tepat untuk dilakukan pada setiap anak. Meskipun telah menghadiri seminar dan
membaca banyak buku parenting, tetap saja kita hanya
perlu memercayai insting dan pengalaman sendiri dalam menentukan hal yang tepat
untuk Si Kecil. So, it’s okay to not be
okay, Ibu!
2. Bisa Didengar, Tapi
Tidak Perlu Dimasukkan Hati
Kapan pun dan di mana pun, kita pasti akan mendengar orang lain
berkomentar tentang apa yang kurang atau salah mengenai cara membesarkan anak.
Bahkan parahnya, komentar-komentar tersebut datang dari orang-orang terdekat
yang bisa menyakitkan dan akhirnya membuat Ibu meragukan kemampuan diri sendiri
dalam mengasuh anak.
Alangkah baiknya untuk memilah, mana yang memang bersifat membangun.
Jika komentar hanyalah basa-basi belaka, lebih baik abaikan atau kalau saya
hanya sekadar menjawab “ya”, agar komentar cepat selesai. Lebih baik fokus
kepada cara terbaik untuk membesarkan Si Kecil, karena tentu Ibunya-lah yang
tahu mana yang terbaik untuk buah hatinya.
3. Tentukan Prioritas
Awalnya, saya mulai mengatur bagaimana akan menghabiskan waktu sehari
ini, ternyata penting dalam kebahagiaan lho. Misalnya,
daripada menghabiskan waktu berjam-jam untuk menyetrika pakaian, bagaimana kalau
menyerahkannya pada jasa laundry, jadi Ibu bisa menemani anak bermain lebih lama atau mengerjakan
hal yang lebih penting lainnya.
4. Luangkan Waktu Untuk
Diri Sendiri
Saat sudah mulai bosan, biasanya saya akan meminta pertolongan
suami atau keluarga dekat untuk sekedar menemani dan menjaga Si Kecil beberapa
jam saja, dan saya akan melakukan yang membuat saya bahagia lagi. Mungkin hanya
sekedar makan makanan kesukaan dengan tenang tanpa panggilan dari Si Kecil. Percaya deh,
menghabiskan waktu sejenak untuk diri sendiri bisa membuat merasa segar, sehat,
dan lebih siap untuk kembali merawat Si Kecil.
5. Tidak Mengatur Standar
Terlalu Tinggi
Adakah yang merasa, akibat
intensitas memakai media sosial yang tinggi, lalu kita harus melakukan pencitraan
sebagai ibu yang sempurna.
Standar yang terlalu
tinggi sudah pasti membuat Ibu tertekan dan justru jadi kurang bahagia. Pada
akhirnya, saya menurunkan standar untuk diri dan anak, sesuai dengan kenyataan
dan keadaan yang dialami sehari-hari. Tidak lagi memaksakan diri untuk
melakukan semua hal sendirian, terkadang meminta bantuan orang lain dengan
menyingkirkan rasa gengsi sejenak tidak mengapa.
“Tidak perlu menjadi ibu yang sempurna, cukup dengan menjadi ibu yang baik sudah akan membuat anak jadi bahagia.”
6. Bersyukur
Jangan lupa untuk
mensyukuri hal-hal baik yang ada di hidup kita sekarang. Mungkin saja, hidup
kita ini yang orang lain inginkan juga, jadi nikmati dan syukuri yang ada. Menerima
apa yang dipunya sekarang, bersyukur.
Selain itu, biasakan untuk mengatakan hal-hal yang positif pada diri sendiri, bukannya justru terus mengkritik dan menyalahkan diri. Ingat, jika Ibu bahagia, maka seisi rumah juga akan bahagia. It’s okay to not be okay, Ibu!
Tidak ada komentar:
Terima kasih sudah membacanya sampai selesai, semoga bermanfaat :) Please jangan tinggalkan link hidup dalam kolom komentar!
comment