KETIKA ANAKKU LAHIR, AKUPUN TERLAHIR MENJADI IBU
Ketika satu bayi terlahir di dunia, maka ikut terlahir juga seorang ibu
baginya. Ibu yang sudah mengandungnya sembilan bulan itu kini akan menjadi
dunianya. Bukan hanya tentang mengandung dan melahirkan, menjadi ibu ternyata
lebih dari itu.
Jika ada yang bertanya
padaku, BAGAIMANA RASANYA MENJADI IBU?
Tentu menyenangkan! jawabku. Namun, sangat melelahkan. Jelas saja, hadiahnya surga.
Tentu tantangannya beda dengan hanya diiming-imingi
hadiah kulkas dua pintu, atau bahkan rumah 1M sekalipun.
Ceritaku tentang moment kehamilan dan persalinan mungkin
tidak berbeda jauh dengan para ibu yang lain, yang dulu atau sekarang. Namun,
perasaan menjadi ibu itu yang pasti menarik untuk diceritakan.
Hamil itu bukan sakit, jadi nikmatilah
Kehamilan anak pertamaku
sudah berlalu hampir tiga tahun yang lalu. Begitu menyenangkannya selama proses
kehamilan, apalagi tidak pernah ada keluhan apapun di kehamilanku. Selama
hamil, aktivitasku tidak berkurang sedikitpun, masih ke kantor pergi pagi
pulang malam, bahkan sering hampir tengah malam. Naik kendaraan umum
berdesakan, naik ojek di tengah kemacetan, atau harus lari-larian naik turun
tangga halte busway. Sekuat itu? Iya, Alhamdulillah dengan keyakinan kalau
semuanya baik-baik saja, akupun menjalaninya tanpa ragu. Apalagi kalau harus
ditinggal suami dinas berminggu-minggu, semuanya harus dikerjakan sendiri. Namun
sekali lagi, aku tetap harus yakin kalau semuanya baik-baik saja.
Beruntungnya, aku
menemukan dokter spesialis kandungan yang sungguh sangat menyenangkan. Dr. Adi Widodo, Sp.OG, beliau praktik di RS Tria Dipa, daerah pasar minggu, Jaksel. Tentunya
dokter ini aku temukan melalui review dari teman-teman blogger. Aku mencobanya,
karena memang lokasi yang dekat dengan kantor dan tempat tinggal (kost) kami.
Kesan pertama sungguh menyenangkan. Baik dari penampilan fisik yang gagah dan
ramah, jadi tidak membuat kami takut untuk konsultasi, dan dari nasihatnya yang
tidak banyak larangan, cocok dengan ku yang tidak suka banyak dilarang hehe…
Yang masih selalu kuingat adalah, “Orang hamil itu bukan sakit, jadi nikmati
saja. Mau makan apa saja boleh, asal tidak berlebihan. Mau kemana saja, ngapain
saja boleh, asal hati-hati.” Kaaaannn… senangnya aku mendapat nasihat sederhana
demikian. Membuka wawasan juga bagi kami, pasangan baru yang baru akan memiliki
anak, hingga kami jadi lebih berpikir lagi untuk percaya pada mitos tentang ibu hamil yang masih ada.
Kehamilanku berlangsung sampai usia 37 minggu. Minggu pertama masuk diusia tersebut, tanggal 26 Februari 2018, aku sedang kontrol ke dr. Adi ditemani dengan suami yang kebetulan baru pulang dinas setelah sebulan lebih. Praktik dr. Adi memang malam, jadi sebetulnya sangat melelahkan, apalagi pasiennya yang banyak membuat antrian lama. Malam itu, seperti kunjungan sebelum-sebelumnya, aku di usg untuk melihat kondisi janin di dalam perutku yang sudah semakin membesar. Ternyataaa, hasilnya diluar keinginan kami 😟
Bagaimanapun cara melahirkannya, semuanya yang terbaik
Hasil pemeriksaan malam
itu, kondisi air ketuban sudah sangat sedikit, sudah tidak memungkinkan kalau
ditunggu sampai proses normal diwaktu yang masih lumayan lama. Aku mengalami
dehidrasi, kegiatanku yang padat dan kurangnya asupan cairan, mempengaruhi
jumlah air ketuban untuk janinku. Dr. Adi menyarankan untuk segera dilakukan
tindakan, besok pagi!
Malam itu, aku sudah
langsung bermalam di rumah sakit. Untuk yang pertama kalinya seumur hidupku,
aku dirawat di rumah sakit, meski bukan karena sakit, namun rasanya sungguh
mendebarkan. Pertama kalinya juga merasakan diinfus yang rasanya nyeri-nyeri
sedaaap. Ditemani suami, kami berdua tidak dapat terlelap. Semuanya menjadi
pengalaman yang pertama untuk kami. Untuk suami yang menjadi pengalaman pertama menemani istri melahirkan dan untukku yang menjadi pengalaman pertama melahirkan. Sampai
hampir menjelang pagi, kami justru berdiskusi soal ‘nama anak’, yang memang
belum kami persiapkan.
Pukul delapan pagi tepat,
setelah akhirnya aku bisa tertidur meski hanya tiga jam lelap. Aku dibawa masuk
ke ruang operasi. Operasi berjalan lancar dan menyenangkan. Sungguh ternyata
tidak semenyeramkan itu, hehe… Anak kami lahir dengan sehat tidak kurang suatu
apapun. Bersyukur sekali, diberi kemudahan meski bukan ini proses yang kami
minta. Tapi semuanya pasti yang terbaik.
Aku menjadi ibu, meski rasanya belum seutuhnya
Menjadi ibu ternyata
proses yang panjang, dan akan menjadi seumur hidup setelah kita melewati proses
kehamilan pertama.
Jika ada yang bertanya
padaku saat itu, apakah aku bahagia? Sedikit, jawabku. Kenapa? Karena aku
sebenarnya belum siap seutuhnya.
Berawal dari waktu melahirkan yang tidak sesuai dengan perkiraan, meski untungnya persiapan untuk melahirkan sudah disiapkan. Namun ternyata persiapan melahirkan untuk kemudian menjadi seorang ibu bukan hanya persiapan fisik saja, namun juga mental. Keikhlasan untuk mejalani peran baru.
Saat itu, aku dalam kondisi masih
bekerja, baru berencana akan cuti melahirkan satu minggu lagi. Baru merencanakan untuk
istirahat, memanjakan diri sendiri, melakukan apapun yang masih bisa aku
lakukan sendiri. Karena sudah diduga, setelah mempunyai anak, duniaku pasti
akan berubah. Jadi karena merasa belum bisa melakukan itu semua, membuatku
merasa seperti sudah kehilangan kesempatan untuk memanjakan diriku. Aku merasa
sangaaaat lelah. Menyusui, menidurkannya, memandikan, sampai menyiapkan segalanya, sendiri dibantu dengan suami. Hanya kami berdua. Kalau suami dinas keluar kota? Aku tentu meminta bantuan pada ibuku, atau ibu mertuaku. Hampir sampai satu tahun aku menjadi ibu, pun belum membuatku
merasa seutuhnya bahagia. Ada perasaan yang masih membuatku tidak ikhlas kehilangan
semua duniaku dulu. Sampai itu yang membuatku merasa seperti robot.
Beruntung aku segera
menyadari jika ada yang salah denganku. Dari mendengar banyaknya cerita dari
teman yang sudah menjadi ibu juga, aku berusaha memahami, bahwa sebetulnya,
kelahiran seorang anak itu juga melahirkan seorang ibu. Aku sudah bukan lagi
diriku yang dulu. Aku sudah terlahir baru menjadi seorang ibu. Ibu yang menjadi
dunia untuk anakku.
Pada akhirnya aku harus ‘say goodbye’ dengan diriku yang dulu. Membunuh
semua harapan-harapan yang mungkin tidak dapat aku dapatkan/ lakukan lagi
seperti dulu. Mencoba meninggalkan aku yang dulu, demi aku yang sekarang.
Bagaimana aku sekarang?
Alhamdulillah aku sudah bahagia, menjadi ibu 💖
Masya Allah.. senang membacanya.. semoga buah hati selalu sehat dan jadi kebanggaan.. Aamiin
BalasHapusTerima kasih mbak :) amiin...
Hapusjadi sebetulnya kita sama-sama terlahir, sama-sama belajar, sama-sama memulai hidup baru ya mba.
BalasHapusSuka banget kata-kata yang ini " Aku sudah bukan lagi diriku yang dulu. Aku sudah terlahir baru menjadi seorang ibu. Ibu yang menjadi dunia untuk anakku.". Bener banget sih kadang sebagai ibu pengen lagi seperti lajang dulu yang bebas ngapain aja kapan aja, padahal kita seharusnya sudha melupakan itu huhu
BalasHapusSeru ya kalau di inget lagi proses hamil dan melahirkan. Sesuatu yang sangat luar biasa. Aku juga punya cerita yang berbeda tiap kehamilan dan melahirkan.
BalasHapusKita terlahir dengan insting natural sebagai orangtua. Dan menjadi orangtua adalah proses belajar yang tidak pernah selesai. Insyaallah kita bisa ya Mba...semangat.
BalasHapusSeneng banget baca postingan ini, bikin aku ingin segera jadi Ibu #Eh :))
BalasHapusBetul ya mbak, jangan dipikirin beratnya dulu jadi seoarang Ibu, semuanya bisa dinikmati dengan cara masing-masing. Kan hadiahnya surga. Hehe.
jadi berasa terlahir juga dan jadi pribadi yang baru ya mbak, salut sama semua perempuan di dunia terutama yg udah jd ibu. sehat selalu dan semangat selalu
BalasHapusJadi ibu adalah suatu anugrah dan nikmat yg luar biasa Allah beri kepada kita ya mba, dan justru anak lah guru terbaik kita.
BalasHapusBarokallah mba Tiqoh, selamat sudah menjadi ibu. AKu juga sedang ingin berusaha menjadi ibu hehehe, doaian ya mba. Ceritamu membuat aku belajar banyak lho mba, aku juga masih takut melahirkan hehehe
BalasHapusBener banget .Bagaimanapun cara melahirkannya ,terap kamu adalah seorang ibu yang hebat .
BalasHapusSemua wanita harus paham agar bisa saling support.
setuju aku, saat melahirkan anakk saat itu juga sosok seorang ibu dalam diri kita pun ikutan lahir
BalasHapusNasihat yang sederhana tapi efeknya yang luar biasa ya buat yang sedang merasakannya. Pembelajaran banget nih buat daku nantinya
BalasHapusSemoga ini juga berarti tumbuhnya harapan-harapan baru, ya, Mbak 😊 yang masih memungkinkan untuk bertunas kembali dalam bentuk yang lain, meskipun sempat layu pada masanya dahulu.
BalasHapusTerharu bacanya.. Anaknya gemes sekali mbak, semoga sehat selalu dan jadi anak yg sholehah yaaa.. Dan selamat sdh menjadi ibu yg hebat bagi anak mbak ya.. Semoga aku jg disegerakan hamil dan punya anak serta jd ibu juga ☺️
BalasHapusJadi ngebayangin perjuangan ibuku dulu.. Alhamdulillah proses hamil dan melahirkan baik-baik saja. Sehat-sehat selalu untuk mba dan keluarga yaa, aamiin
BalasHapusSama-sama terlahir ya mbak. Duh, aku jadi kepikiran perjuangan ibuku pas ngelahirin aku dulu. Pasti susah dan penuh perjuangan banget. Sehat-sehat terus ya mbak.
BalasHapussehat selalu untuk bunda dan si kecil ya :D
BalasHapusSetuju sana kalimatnya Kak. Ketuan seorang anak lahir, ibunya pun terlahir menjadi ibu. Barakallah. Semoga Kita bisa terus berproses menjadi ubu terbaik bagi anak-anak kita 💙
BalasHapusAnw pengalaman hamil dan persalinanku juga tak terlupakan bagiku. Plus awal mengurus bayi sambil ngerjain skirpsi
Alhamdulillah saya juga waktu hamil pertama gak ada keluhan, bahkan waktu 7bulanan nyebrang ke rumah mertua berangkat malam hari (tiba keesokan Subuhnya) terus acara pagi, lanjut siangnya kami balik lagi.
BalasHapusnaik motor jg kemana-mana, karena waktu itu yg ada hanya motor, Alhamdulillah tangguh.
emang benar, hamil itu bukan sakit jadi harus dinikmati setiap momentnya. :)
Perjuangan seorang ibu itu memang luar biasa ya. Aku belum merasakan, tapi membayangkannya saja rasanya sudah sangat luar biasa, seorang perempuan bisa menanggung rasa sakit terhebat dalam hidupnya, bertaruh nyawa demi buah hatinya. ❤
BalasHapus