MASIH PERLUKAH ANAK-ANAK SEKOLAH? - KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI MASA COVID-19
Seiring penyesuaian “new normal”, pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan berbagai
penyesuaian pula di bidang pembelajaran dengan mengeluarkan Kebijakan Pendidikan selama Pandemi
COVID-19, yang tidak membebani guru dan siswa, namun sarat nilai-nilai
penguatan karakter.
Guru menjalankan fungsinya sebagai pendidik, motivator dan fasilitator dengan melakukan pembelajaran sesuai kebijakan pemerintah daerah melalui pembelajaran online dan siswa tetap belajar dari rumah.
“Kami
mendorong para guru untuk tidak menyelesaikan semua materi dalam kurikulum.
Yang paling penting adalah siswa masih terlibat dalam pembelajaran yang relevan
seperti keterampilan hidup, kesehatan, dan empati,” demikian disampaikan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim.
Pandemi ini memaksa lebih kurang 28,6 juta siswa dari
SD sampai SMA/SMK di sejumlah provinsi untuk belajar dari rumah. Mereka mesti belajar secara mandiri melalui
program pembelajaran jarak jauh (PJJ). Sementara itu, proses perkuliahan juga
dihentikan dan dialihkan dengan sistem online.
Kata kunci pertama untuk arah pembelajaran dari rumah pada
masa darurat Covid-19 ini adalah tentang tujuan utama pembelajaran mandiri.
Pembelajaran mandiri ditujukan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna kepada siswa, dan bukan untuk mencapai target kurikulum.
Pengalaman belajar yang bermakna tidak sama dengan belajar dengan cara menghafal (rote learning) konsep-konsep tertentu yang belum tentu bermakna untuk siswa. Konsep belajar mandiri (independent learning) merupakan keterampilan seseorang untuk mengontrol dan mengelola sendiri apa yang dipelajari dan cara mempelajarinya.
Kini, masih
perlukah anak-anak sekolah? Kapan kembali sekolah? Dibuka kembali pada
pertengahan Juli 2020 atau ditunda bulan Januari 2021? Keputusan tersebut sangat
dilematik sehingga menjadi perdebatan di masyarakat.
Memperhatikan
pandemik wabah covid 19 yang masih belum melandai ini, Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) meminta kepada pemerintah agar menetapkan kebijakan pendidikan untuk tetap belajar dari rumah atau sekolah
tetap ditutup. Prinsipnya kesehatan dan keselamatan siswa menjadi prioritas
utama.
Beberapa ahli pendidikan juga telah menyampaikan beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam mendefinisikan kenormalan baru dalam pembelajaran di masa pandemi. Apa saja?
1. Partisipasi aktif keluarga Ketika pembelajaran berlangsung di rumah, maka anggota keluarga harus dilibatkan menjadi fasilitator pembelajaran. Mereka dapat dilibatkan dalam memberikan bimbingan dan bantuan untuk membuat proses belajar menyenangkan bagi siswa. Tentunya hal ini perlu dukungan sekolah yang melatih peran keluarga dalam mendampingi anak belajar di rumah.
Namun, tidak semua kondisi keluarga sama. Ada banyak para orang tua yang harus memenuhi kebutuhan hidup demi sesuap nasi. Hal tersebut tentunya menjadi hambatan yang dapat mempengaruhi keefektifitasan proses pendampingan anak belajar dari rumah.
2. Pergeseran ruang belajar, satu hal yang substansial dalam proses pembelajaran bukan terletak pada gedung sekolah atau ruang kelas. Belajar sekarang terjadi di rumah, di dalam ruang pribadi anak. Pemanfaatan internet membuat ruang belajar dapat dilakukan melalui perangkat pribadi tanpa harus pergi ke suatu tempat secara fisik.
Namun pada kenyataannya, belum semua keluarga dapat mengakses internet dengan mudah dan murah dari rumah. Beberapa dari mereka masih kesulitan untuk mendapatkan fasilitas ini.
3. Pembelajaran individual berarti mengajar setiap siswa harus dilakukan secara unik. Tujuan pembelajaran mungkin tetap sama untuk sekelompok siswa tetapi siswa secara individu dapat berbeda. Beberapa siswa mungkin belajar lebih baik melalui menonton video sementara beberapa perlu membaca buku bacaan. Aksesibilitas materi pembelajaran dan mendistribusikan sumber belajar dari rumah ke rumah dapat menjadi tantangan bagi guru.
4. Evaluasi pembelajaran harus digunakan untuk memantau perkembangan siswa, bukan untuk ‘menetapkan’ seorang siswa itu mampu atau tidak mampu. Penilaian formatif seperti demonstrasi proyek sains, penyelesaian masalah matematika, atau membuat laporan proyek sosial lebih tepat untuk mengukur kemajuan belajar siswa.
Keempat aspek ini, bisa menjadi pertimbangan untuk membantu siswa memasuki era kenormalan baru belajar. Perubahan ini pulalah yang semakin meneguhkan kita bahwa dalam belajar yang paling penting adalah pemberian pengalaman "PROSES" daripada penjejalan "KONTEN". Siswa dibiasakan berproses mengambil keputusan sendiri. Mencoba cara sendiri dalam memecahkan masalah tanpa rasa takut salah. Terbiasa mencari cara lain bila suatu cara yang dipilih dianggap kurang efektif, dan sebagainya. Sehingga mereka akan terbiasa dalam menghadapi perubahan dalam hidupnya.
Namun tentunya
pihak sekolah pun perlu memastikan kalau proses belajar dari rumah berjalan sesuai kebijakan pendidikan yang ditetapkan.
Jadi, masih
perlukah anak-anak sekolah? Tentunya mereka harus mendapatkan kesempatan
terbaik untuk mempersiapkan masa depannya.
Setuju banget, aku pengen banget bilang ke guru-guru untuk lebih membimbing siswanya untuk tidak takut salah. kesalahan ada untuk evaluasi dan sebagai kunci karakter ''pantang menyerah dan terus berusaha''
BalasHapusbener kak, sebetulnya banyak yg pintar namun akhirnya jd kurang PD karena tdk ada keberanian mencoba :)
HapusAnakku belum usia sekolah, sih. Tapi kakak iparku kebetulan guru dan kepala sekolah. Yang guru TK masih kesususahan buat mendorong siswanya. Apalagi di desa. Kalau yang kepala sekolah malah bingung, ngasih tugas apa biar ada pengembangan skillnya selama belajar di rumah.
BalasHapushuhuu jd serba salah ya kak :)
HapusGalau banget emang nih masalah sekolah. Di rumah memang sangat tidak kondusif. Aku juga masih menunggu keputusan dari sekolah untuk kebijakannya.
BalasHapuswah semoga diberikan yg terbaik :)
HapusAku punya ponakan yang sekarang sedang lulus SMA mbak. Nah, kebetulan dia lolos di kedokteran tapi sampai sekarang nggak ada kepastian gitu. Rada khawatir, jangan sampai dia jadi comfort dengan rumah, padahal mau merantau. Jangan sampai juga pas merantau eh virusnya masih ganas. Duh galau kali.
BalasHapusduuh kasihan yaa :( sungguh dilema memang, apalagi pendidikan jg jd faktor terpenting untuk masa depan ya, semoga semuanya lekas membaik :)
HapusSemoga pandemic ini segera berlalu agar aktivitas bisa kembali seperti semula seperti kegiatan belajar ya mba
BalasHapusamin :)
HapusKebetulan ibuku guru sih mbak dan kepala sekolah, jadi beliau walaupun dirumah kadang beliau bingung mau ngasih materi apa untuk anak didiknya biar mau belajar walaupun dirumah aja. Semoga pandemi ini segera berlalu ya mbak, dan aktifitas bisa berjalan normal kembali
BalasHapushuhuu bener kak, jd dilema yaa
HapusBenar-benar jadi pro kontra ya sama "sekolah di masa pandemi" ini. Di satu sisi was was kalau anak-anak mulai sekolah, di lain sisi takut terlalu nyaman di rumah.
BalasHapusbener kak, karena dari rumah pun kondisinya sungguh tidak kondusif, meski memang butuh peran orang tua tp tetap butuh sosok guru yg membimbing jg :)
HapusSuka sama postingannya Mbak. Informatif buatku yang ngga terlalu mengikuti kebijakan pendidikan hehe padahal alumnus pendidikan. Mungkin karena anakku belum sekolah, hehe. Intinya untuk saat ini belajar di runah yg terbaik ya insya Allah.
BalasHapushehee sama mbak, anakku jg kebetulan belum sekolah. Hanya beberapa group WA para ibu-ibu selalu geger dg kebijakan ini hehehe
HapusSebenernya perlu gaperlunya itu bisa diliat dari kesiapan sekolahnya kak untuk melakukan sistem new normal di kalangan sekolah. Kalau sekolah tersebut sudah siap dan fasilitas semua memadai gaada salahnya. Cuma ya anak sekolahan siapa sih yg gatau ya kalau ngikutin perintah itu masih rada susah hehe
BalasHapusmunkin untuk kalangan Menegah Atas sudah agak sdkt mudah dikondisikan, meski ya namanya msh anak-anak pasti lbh suka yang melanggar hehehe...
HapusAku juga galau nih kak, saat anakku nanti masuk sekolah. Takut walauowa sekolah nerapin protokol kesehatan,namanya anak2 apalagi lama ga ketemu temen2 ..duh galaunya. Tapi sekolah dirumah pun bingung cara mengajar anak sendiri. Pastinya beda dnegan guru nya.
BalasHapusbener sih, apalagi kalo msh dibawah 17 tahun ya, anak-anak msh butuh dipantau untuk membiasakan diri dg kondisi yg baru ini
HapusKalau menurutku pribadi masih perlu banget, walau materi semua melalui online ya. Pengalamanku kemarin karena anakku TK, dan pelajaran setiap hari sudah diberikan melalui online dan ada beberapa dikirim ke rumah karena setiap seminggu 3x ada jadwal membuat karya sesuai tema.
BalasHapusIni nanti masuk SD sudah dikasih dari sekolah tetap belajar dari rumah dengan Home Learning. Mau tidak mau kita harus siap juga sebagai orang tua, yang penting anaknya enjoy kalau aku. Ini sih pendapatku saja karena anakku baru mau masuk SD.
betul sih kak, mudah-mudahan semua orang tua kondisinya dlm keadaan siap dan enjoy jg ya menghadapi ini :) semoga segera membaik :)
HapusDaku sbg pengajar bimbel aja tetep ada rasa degdegan juga misalnya nanti kembali mengajar di kelas walau dengan protokol kesehatan, hix . Harapannya semoga keadaan cepat kondusif
BalasHapusMasih banget.. Rasanya ada banyak hal yang menunjukkan bahwa proses belajar di sekolah masih sangat diperlukan. Salah satunya adalah karena tidak semua orangtua mau belajar bagaimana caranya membimbing anak dalam belajar. Bahkan, tidak sedikit yang kurang mau meluangkan waktu untuk itu.
BalasHapusBelum lagi kalau di rumah terus, anak-anak menjadi terisolasi dan tidak belajar bersosialisasi.
Anak saya sendiri terpaksa untuk sementara belum ada kejelasan kapan kuliahnya dan hal itu terlihat agak mengganggunya.
Mungkin di masa depan anak-anak tidak ke sekolah bisa diterapkan, tetapi rasanya Indonesia masih jauh dari bisa melakukan hal itu
Nah ini bikin aku galau, di satu sisi kepingin anak belajar di sekolah disatu sisi lain masih khawatir pandemic covid19 karena angka penularan sekitar sekolah anakku meningkat :(
BalasHapusSerba salah ya ttg sekolah dalam masa pandemi ini, karena kebersihan di sekolahan indo ga sebersih di luar negeri
BalasHapusSemoga saja anak-anak bisa kembali ke sekolah dalam waktu dekat dengan pengawasan ketat. Kasian juga di rumah jadi banyak ketinggalan pelajaran karena gurunya juga gak maksimal.
BalasHapus