MUDIK, MOMENT YANG DIRINDU KETIKA MENYAMBUT LEBARAN
Lazimnya pada momentum Ramadan menuju Idul Fitri,
Indonesia memiliki tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman. Mudik dan Lebaran menjadi dua hal yang identik di
masyarakat Indonesia. Sudah sebegitu lama menjadi kebiasaan, meski harus
dilakukan dengan penuh perjuangan, orang tetap pulang ke kampung halaman
demi berkumpul dengan keluarga di Hari Raya.
Khusunya bagi para perantauan. Mudik
menjadi moment special untuk bersilahturahmi dengan sanak saudara yang lama
ditinggalkan. Beragam cara dilakukan untuk dapat pulang kampung. Berkendara
dengan motor atau mobil pribadi rela ditempuh meskipun berjam-jam terkena
macet. Bagi yang tidak mempunyai kendaraan pribadi, tiket mudik dengan harga tiga kali lipat pun dibeli demi dapat kembali ke kampung halaman.
Mudik juga jadi satu hal yang saya
rindukan saat ini. Lebaran kali ini sungguh berbeda. Lebaran di tengah pandemic
COVID-19 ini menjadikan mudik sebagai larangan. Meski dengan berat hati
menerima kenyataan, namun tetap mengikuti himbauan pemerintah yang terbaik. Khawatir
mudik justru akan berakibat pada penyebaran virus corona. Meskipun sedih tidak dapat
berjumpa dengan orangtua di Lebaran tahun ini, namun merasa cukup senang karena
teknologi dapat memudahkan untuk tetap berkomunikasi dengan orangtua dan
keluarga.
Sebagai perantau, sedari kecil, saya
dan keluarga selalu melakukan mudik saat lebaran. Mulai dari menggunakan
kendaraan umum, kereta api yang jaman dahulu saya kecil masih sangat
memprihatinkan. Pernah yang saya ingat, saya tidur di bawah kursi duduk kereta
api, karena kereta sudah terlalu penuh, namun orang-orang memaksakan diri untuk
tetap terangkut. Belum lagi para pedagang asongan yang masih dapat berjualan
hilir mudik dari gerbong satu ke gerbong lain. Rusuhnya para pengamen dan
peminta-minta. Belum lagi banyaknya copet. Hal yang luar biasa harus dijalani
demi dapat pulang ke kampong halaman orang tua.
Bersyukurnya, dari tahun ke tahun,
pengalaman mudik selalu menjadi lebih baik. Hingga jadi moment yang
menyenangkan untuk saya. Menikmati perjalanan jauh dan berlama-lama di
kendaraan karena macet. Atau harus tetap berdesak-desakan di stasiun kereta/ di
terminal bus/ di bandara. Menyenangkan. Mulai dulu dilakukan bersama orang tua,
kemudian sendiri hingga kini dijalani bersama keluarga kecil saya. Selalu
mendapat cerita mudik yang mengesankan setiap tahunnya, dan selalu saya ingat.
Momentum mudik menjadi bagian dari rasa cinta kepada tempat kelahirannya. Meski pergi merantau ke luar kota atau bahkan ke luar negeri, rasa cinta akan kampung halaman pasti tak akan pernah luntur. Pada saatnya akan ada getaran rasa rindu suasana kampung halaman.
Kampung halaman memiliki tempat
tersendiri di hati banyak orang karena menjadi saksi tumbuh kembang masa kecil
dan memiliki banyak cerita. Mudik juga dapat menjadi waktu untuk istirahat
sejenak setelah lelah mengarungi kehidupan di kota rantau. Semangat dan rasa
cinta itulah sepertinya yang memacu banyak orang rela menempuh jarak yang begitu
jauh, rela berjam-jam menghadapi kemacetan, merasakan mabuk perjalanan,
berhadapan dengan cuaca yang buruk, hingga risiko kecelakaan yang dapat
merenggut nyawa para pemudik.
Tahun ini, mungkin menjadi tahun
pertama saya tidak melakukan mudik saat lebaran, menyedihkan, namun masih
bersyukur karena tetap dapat menjalin silahturahmi dengan memanfaatkan teknologi,
meski dari rumah saja.
Kalau kalian, apa yang paling dirindukan saat lebaran?
#BPN30daysRamadhanChallenge2020
Tidak ada komentar:
Terima kasih sudah membacanya sampai selesai, semoga bermanfaat :) Please jangan tinggalkan link hidup dalam kolom komentar!
comment