PUASA YANG SEPI DI TENGAH PANDEMI - MARI LAWAN COVID-19
Dipertemukan kembali dengan Ramadan
merupakan salah satu anugerah terindah bagi umat Islam. Karenanya, pada bulan
Ramadhan menjadi waktu dibukanya pintu maaf serta keberkahan yang melimpah. Dan,
Ramadan kali ini sungguh istimewa. Seluruh
umat muslim di dunia sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan di tengah pandemi
COVID-19 yang mengancam.
Ramadan jadi terasa sepi. Beberapa kegiatan ibadah
termasuk salat taraweh, hingga pengajian sore menjelang berbuka, yang biasanya
dilaksanakan di masjid bersama juga terpaksa dihentikan untuk menghindari
penularan, dan dilaksanakan masing-masing di rumah. Atau sesuai protokol
kesehatan yang ditetapkan pemerintah daerah masing-masing. Demikian halnya sholat
Idul Fitri juga diperkirakan untuk tahun ini ditiadakan. Demi kemaslahatan umat
untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19 lebih luas.
Sepi juga ditambah, suami harus tetap dinas lapangan sebulan
lebih sampai usai lebaran. Jadi, Ramadan kali ini sepi sesungguhnya bagiku.
Berdua saja dengan anak, yang untungnya selalu membuat ramai rumah. Iya
benar-benar ramai dengan celotehnya, bersyukur kami masih dilindungi, diberikan
keselamatan dan kesehatan, dimudahkan menjalankan aktivitas meski #diRumahAja.
Meski sepi, makna puasa di bulan Ramadan ini tetap terasa.
Tetap melakukan hal-hal positif yang semoga bermanfaat. Meski di rumah saja,
beruntungnya komunikasi dengan suami, keluarga, dan teman-teman tetap lancar, jadi
masih merasakan keberadaan mereka meski terpisah jauh.
Harapannya, puasa di tengah wabah Covid-19 ini dapat me-restart
diri untuk merenung dan mengingat kembali kekuasaan Allah SWT. Sehebat
apapun manusia berencana, Tuhanlah yang menentukan. Selain itu, mampu
menumbuhkan kepekaan spiritual dan juga kepekaan sosial dengan rasa
empati.
sumber foto : cekAja.com |
Kebiasaan-kebiasaan
baik hendaknya tetap dilakukan meski dari rumah saja. Ziarah kubur yang tidak
dapat dilakukan, bisa dengan mengirim doa kepada ahli kubur atau
para leluhur yang sudah mendahului tanpa harus beramai-ramai pergi ziarah ke
kuburannya. Buka puasa bersama yang tidak dapat dilakukan, dapat diganti dengan
sedekah memberi makan kepada orang-orang yang membutuhkan. Misalnya, membagikan
bantuan berupa uang atau sembako.
Berharap kita termasuk peduli akan kesehatan diri sendiri,
keluarga dan masyarakat.
“Menahan laju dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19 harus menjadi ikhtiar bersama, baik ikhtiar batin maupun lahir, sesuai kapasitas dan kemampuan masing-masing.”
#BPN30daysRamadhanChallenge2020
Memutus rantai pandemi dan menanggulangi efeknya emang perlu kesadaran masa lalu ya, mbak. Gotong royong. Karena bersama kita bisa kan?
BalasHapusbener mbak, semoga kita sadar sama-sama untuk menyelesaikan ini semua :)
HapusRasanya memang kayak ada yang hilang tahun ini. Hampa aja.
BalasHapusbenar, namun msh banyak bersyukur karena msh diberi kemudahan sih walaupun di tengah pandemi ini :)
HapusMudah2an segera berakhir ya Allaah. Soalnya kalau gini terus aku mikirin anak2 yg sekolah. Kasian ortunya yang pontang panting pasti
BalasHapushuhuu sedih ya, gak nyangka akan hidup di masa pandemi ini, bisa jd cerita buat anak cucu nanti hehehe
HapusAlhamdulillah, bersyukur masih diberi kesempatan berpuasa d bulan Ramadhan..meskipun ada covid, tapi banyak hal yg harus disyukuri...dan tetap berharap semoga badai covid segera berlalu
BalasHapusbetul sekali kak, bersyukur msh diberi kemudahan jg untuk menjalankan ibadah ya meski harus di rumah saja :)
Hapus