Terongnia dan si Raksasa, dari Kisah Timun Mas
Terongnia dan si Raksasa
Sebuah Modifikasi Cerita Rakyat
Dari Kisah Timun Mas
Pada zaman dahulu kala, hiduplah
sepasang suami istri yang sangat merindukan kehadiran seorang anak. Namun
karena sudah terlalu lama tidak dikaruniai anak, sang suami memutuskan untuk
meinggalkaln isitrinya dan menikah lagi dengan wanita lain. Sang istri yang
masih sangat mencintai suaminya, memilih untuk tetap hidup sendiri menjanda dan
mendapat panggilan Mbok Rondo (dalam Bahasa jawa berarti Ibu Janda).
Keinginan Mbok Rondo untuk memiliki
anak tetap kuat, dan dia pun meminta bantuan seorang Raksasa yang hidup lama di
hutan untuk mengabulkan permintaannya. Pada akhirnya keinginan Mbok Rondo
dikabulkan dengan syarat, jika anak Mbok Rondo yang dimiliki nanti adalah
perempuan, maka Mbok Rondo harus menyerahkan pada Raksasa tersebut untuk
dijadikan santapannya. Mbok Rondo menyanggupi syarat tersebut. Maka si Raksasa
memberikan Mbok Rondo biji terong untuk ditanamnya di kebun. Selama seminggu
Mbok Rondo merawatnya dan tumbuh suburlah terong tersebut jadi besar.
Tujuh hari kemudian, Mbok Rondo memetik
terong itu dan membawanya pulang ke rumahnya. Ternyata seperti yang dijanjikan
si Raksasa, terong tersebut berubah menjadi seorang bayi perempuan kecil sedang
menangis. Wajahnya cantik dan bersinar menenangkan hati siapapun yang
melihatnya. Dan dinamailah oleh Mbok Rondo bayi itu Terongnia.
Terongnia tumbuh jadi anak yang sangat
cantik dan pintar, baik hati dan ramah. Terongnia sangat menyayangi Mbok Rondo
dan selalu membantu pekerjaan ibunya. Namun kebahagiaan itu tiba-tiba sirna
saat si Raksasa mulai menagih janjinya yang pernah diikrarkan Mbok Rondo
padanya.
Mbok Rondo dan Terongnia sangat
ketakutan.
“Mbok Rondooooo…. Aku kemari hendak
menagih janjimu! Serahkan anak perempuanmu itu padaku untuk kunikahi!” kata si
Raksasa.
“Ampun Raksasa, anak saya masih belum
siap untuk dijadikan santapanmu. Tunggulah sampai dia dewasa agar lebih enak”,
jawab Mbok Rondo.
“Baiklah, aku akan kembali 3 tahun
lagi untuk membawanya. Jangan pernah bersembunyi dimanapun, karena aku pasti
akan menemukan kalian!” ancam si Raksasa.
“bbb… ba… baik mbah dukun”, jawab Mbok
Rondo gemetar dan penuh ketakutan.
Terongnia kebingungan dan ketakutan.
Mbok Rondo pun menceritakan semua rahasia tersebut, Terongnia tersentak kaget
seolah-olah tidak percaya.
“Terongnia tidak mau ikut dengan
Raksasa itu. Terongnia sayang ibu, mau bersama ibu,” kata Terongnia.
Mendengar perkataan Terongnia, Mbok
Rondo termenung. Dia bingung mencari cara agar anaknya selamat dari si Raksasa.
Sampai pada hari yang telah dijanjikan oleh Raksasa, Mbok Rondo belum juga
menemukan jalan keluar. Hatinya mulai cemas. Dalam kecemasannya, tiba-tiba dia
teringat dengan mantan suaminya. Dia membawa Terongnia mencari mantan suaminya.
“Anakku, besok pagi-pagi kita
berangkat ke desa sebelah untuk menemui suami Ibu dulu. Mungkin dia bisa
membantu menolong kita,” uangkap Mbok Rondo.
“Baik, Bu, aku tidak mau ikut dengan
Raksasa itu,” imbuh Terongnia.
Besok paginya, mereka berdua berangkat
dan sampailah di rumah mantan suami Mbok Rondo. Mantan suami Mbok Rondo kaget
melihat mantan istrinya itu membawa seorang anak perempuan yang amat cantik.
“Ada apa kau dating kemari? Siapa juga
anak perempuan ini?” tanya mantan suami Mbok Rondo.
Mbok Rondo pun menceritakan masalahnya
yang sedang dihadapi anaknya itu. Mendengar cerita Mbok Rondo, sang suaminya
itu pun bersedia membantu.
“Baiklah, akan aku bawa kalian ke
seorang pertapa, semoga dia bisa menolongmu anak cantik.” Kata mantan suami
Mbok Rondo.
Pergilah mereka ke sebuah desa di kaki
gunung yang ditinggali pertapa itu. Setelah mendengar cerita dari Mbok Rondo,
si Pertapa bersedia untuk membantu.
“Baiklah, kamu tunggu di sini
sebentar!” seru pertapa seraya berjalan masuk ke ruang rahasianya.
Tak berapa lama, pertapa itu kembali
sambil membawa empat buah bungkusan kecil, lalu menyerahkannya kepada Mbok
Rondo.
“Berikanlah bungkusan ini kepada anakmu.
Keempat bungkusan ini masing-masing berisi biji terong, jarum, garam dan terasi.
Jika raksaasa itu mengejarnya, suruh sebarkan isi bungkusan ini.” Jelas pertapa
itu.
Setelah mendapat penjelasan itu, Mbok
Rondo pulang membawa bungkusan itu dan menyerahkannya pada Terongnia sambil
menjelaskan tujuannya kepada Terongnia. Kini hati Mbok Rondo mulai agak tenang,
karena anaknya sudah mempunyai senjata itu melawan Raksasa tersebut.
Pulanglah mereka berdua kembali ke
rumah Mbok Rondo. Dua hari kemudian, Raksasa itu datang untuk menagih janjinya.
Ia sudah tidak sabar lagi ingin membawa dan menyantap daging Terongnia.
“Hai perempuan tua! Kali ini kamu
harus benar-benar menepati janjimu. Jika tidak, kamu juga akan kujadikan
santapanku.” Ancam raksasa itu.
Mbok Rondo tidak gentar lagi
menghadapi ancaman itu. Dengan tenang, dia memanggil Terongnia agar keluar dari
dalam rumah. Tak berapa lama, Terongnia pun keluar lalu berdiri di samping
ibunya.
“Jangan takut anakku, jika raksasa itu
akan menangkapmu, segera lari dan ikuti petunjuka yang telah kusampaikan
kepadamu,” Mbok Rondo membisik Terongnia.
“Baik, Bu.” Jawab Terongnia dengan
suara pelan dan bergetar.
Melihat Terongnia yang benar-benar
sudah dewasa, Raksasa itu semakin tidak sabar ingin segera menyantapnya. Ketika
dia hendak menangkapnya, Terongnia segera berlari sekencang-kencangnya. Raksasa
itupun mengejarnya. Tak ayal lagi, terjadilah kejar-kejaran antara mahkluk
Raksasa itu dengan Terongnia. Setelah berlari jauh, Terongnia mulai kecapaian,
sementara Raksasa itu semakin mendekat. Akhirnya, Terongnia mengeluarkan
bungkusan pemberian pertapa itu.
Pertama-tama Terongnia menabur biji
terong. Sungguh ajaib, hutan di seklilingnya tiba-tiba berubah menjadi lading
terong. Dalam sekejap, batang terong menjalar dan melilit si Raksasa. Namun,
raksasa itu mampu melepaskan diri dan kembali mengejar Terongnia.
Terongnia pun segera melemparkan
bungkusan yang berisi jarum. Dalam sekejap, jarum-jarum itu berubah menjadi
rerumbunan pohon bamboo yang tinggi dan runcing. Namun, Raksasa itu mampu
melewatinya dan terus mengejar Terongnia, walaupun kakiknya berdarah-darah
tertusuk bambu tersebut.
Melihat usahanya belum berhasil,
Terongnia membuka bungkusan ketiga yang berisi garam lalu menebarkannya.
Seketika itu juga, hutan yang telah dilewatinya tiba-tiba berubah menjadi
lautan luas dan dalam. Namun, Raksasa itu masih berhasil melewatinya. Terongnia
pun mulai cemas, karena senjatanya hanya tersisa satu. Jika ternyata senjata
tersebut tidak dapat melumpuhkan Raksasa itu, maka tamatlah riwayatnya.
Dengan penuh keyakinan, Terongnia pun
melemparkan bungkusan terakhir yang berisi terasi. Seketika itu pula, tempat
jatuhnya terasi menjelma menjadi lautan lumpur yang mendidih. Alhasil, Raksasa
itu tercebur ke dalamnya. Terongnia mengira Raksasa sudah tewas karena tidak
muncul lagi. Sekuat tenaga dia berjalan ingin kembali ke rumah Mbok Rondo.
Namun tiba-tiba, keluarlah sosok laki-laki tampan dari dalam lumpur tersebut.
Dialah Raksasa tadi yang sudah berubah menjadi seorang pangeran tampan.
Terongnia pun terkejut karena Pangeran
tampan itu kemudian mengajaknya untuk menikah. Mereka berdua kemudian pulang ke
rumah Mbok Rondo dan menceritakan semuanya. Sang Pangeran mengaku bahwa dia
dulu telah dikutuk menjadi Raksasa penghuni hutan itu. Namun akhirnya, kutukan
itu terlepas.
Mbok Rondo pun merestui mereka untuk
menikah. Sejak itu, Terongnia, Sang Pangeran dan Mbok Rondo hidup berbahagia.
***
Dongeng Timun mas berasal dari daerah
Jawa Tengah, Indonesia. Cerita itu memberikan pelajaran bahwa dengan usaha dan
kerja keras, segala halangan dan rintangan dalam hidup dapat diselesaikan
dengan baik, bahkan kadang diberikan hadiah istimewa.
#TantanganPekan4
#OneDayOnePost
#KomunitasODOP
#ODOPBatch7
terima kasih atas cerita menginspirasi kak :)
BalasHapusMantap sekali Kakak #semangat
BalasHapusWaaah keren 🤩
BalasHapusWah keren kak...
BalasHapusKeren nih kakak dalam improvisasi ceritanya 👍🏻😍🤗
BalasHapushappy ending, mbok rondo oh mbok rondo...☺☺☺
BalasHapusSeru cerita kak... Ternyata jodohnya terongnia itu sang raksasa hehe
BalasHapusCeritanya menginspirasi sangat :))
BalasHapus