Kutulis ini Pagi-pagi
Kutulis ini pagi-pagi, 13 November 2011
Semenjak saat itu, saat yang tak pernah ku tahu pasti akan kusebut apa, saat yang lebih tepat aku lupakan, meski suatu saat nanti, aku yakin aku pasti akan merindukan saat-saat itu. Aku duduk terdiam tanpa tahu apa yang ada dipikiranku. Mencoba mendownload semua informasi dari lingkungan sekitar, tapi sepertinya otak ini berjalan lambat dan hanya menampung satu folder saja berisikan data kamu! -_-
Mengerikan mungkin. Seperti tapak kaki yang tak berbekas ditutup butiran debu. DITUTUP! Awalan ‘di’ yang berarti kata kerja ini dilakukan sengaja. Mungkin aku memang sengaja utuk dilupakan. Dianggap tidak ada lagi, rasanya, seperti hujan yang mengguyur deras tanah subur sampai menyisakan genangan-genangan yang terus membasahi tanpa pernah tahu kapan akan kering.
Sepertinya aku harus mulai terbiasa dengan luka. Hanya bisa merawatnya agar tak semakin terluka dan berharap cepat membaik. Dan benar saja, kalau dalam ilmu kedokteran, apapun bagian tubuh yang terluka, harusnya dia diistimewakan, mendapat sesuatu yang lebih!
Dan pagi ini, aku memulainya dengan banyak doa dan harapan. Agar tak pernah salah lagi untuk melangkah. Sebenarnya bukan salah, dan aku pun terkadang merasa itu benar, hanya saja kurang berhati-hati melakukannya. Salah itupun yang akhirnya mampu menguatkan aku. Seperti halnya ramuan obat pelangsing yang menurunkan berat badan yang menurutku dengan cara yang sedikit keji. Begitupun suatu kesalahan yang kulakukan ini. Membuatku harus terpaksa menjadi kuat. Dan aku bersyukur karena itu!
Sudah kucoba untuk menghapusnya, melupakan, menjauh dan apapun semua kata-kata yang mampu mewakili sesuatu yang harus segera aku buang dari otak ini! Otak mungkin saja bisa sedikit menghalaunya, tapi hati?! *jika kutanyakan ini pada diri sendiri, seperti pertanyaan tidak penting yang seharusnya tidak perlu muncul. Dengan segala kemampuan yang kumiliki, dan aku mulai mampu. Tapi apalagi ini?! Saat hujan belum usai berduet dengan gelegarnya, sinar-sinar kecil mulai muncul lagi. Gelap awan badai itu seperti terbias sinar kecil yang kemerlap. Aku hanya ingin membiarkannya sekarang!
Coba saja, luka ini kau rasakan dan kau miliki seterusnya, coba saja kau diam dan kau lihat bagaimana bentuk hatiku saat itu! Saat kamu pergi dan datang lagi sesuka hati! -_-
_Atiqoh13November20115.22am_
Semenjak saat itu, saat yang tak pernah ku tahu pasti akan kusebut apa, saat yang lebih tepat aku lupakan, meski suatu saat nanti, aku yakin aku pasti akan merindukan saat-saat itu. Aku duduk terdiam tanpa tahu apa yang ada dipikiranku. Mencoba mendownload semua informasi dari lingkungan sekitar, tapi sepertinya otak ini berjalan lambat dan hanya menampung satu folder saja berisikan data kamu! -_-
Mengerikan mungkin. Seperti tapak kaki yang tak berbekas ditutup butiran debu. DITUTUP! Awalan ‘di’ yang berarti kata kerja ini dilakukan sengaja. Mungkin aku memang sengaja utuk dilupakan. Dianggap tidak ada lagi, rasanya, seperti hujan yang mengguyur deras tanah subur sampai menyisakan genangan-genangan yang terus membasahi tanpa pernah tahu kapan akan kering.
Sepertinya aku harus mulai terbiasa dengan luka. Hanya bisa merawatnya agar tak semakin terluka dan berharap cepat membaik. Dan benar saja, kalau dalam ilmu kedokteran, apapun bagian tubuh yang terluka, harusnya dia diistimewakan, mendapat sesuatu yang lebih!
Dan pagi ini, aku memulainya dengan banyak doa dan harapan. Agar tak pernah salah lagi untuk melangkah. Sebenarnya bukan salah, dan aku pun terkadang merasa itu benar, hanya saja kurang berhati-hati melakukannya. Salah itupun yang akhirnya mampu menguatkan aku. Seperti halnya ramuan obat pelangsing yang menurunkan berat badan yang menurutku dengan cara yang sedikit keji. Begitupun suatu kesalahan yang kulakukan ini. Membuatku harus terpaksa menjadi kuat. Dan aku bersyukur karena itu!
Sudah kucoba untuk menghapusnya, melupakan, menjauh dan apapun semua kata-kata yang mampu mewakili sesuatu yang harus segera aku buang dari otak ini! Otak mungkin saja bisa sedikit menghalaunya, tapi hati?! *jika kutanyakan ini pada diri sendiri, seperti pertanyaan tidak penting yang seharusnya tidak perlu muncul. Dengan segala kemampuan yang kumiliki, dan aku mulai mampu. Tapi apalagi ini?! Saat hujan belum usai berduet dengan gelegarnya, sinar-sinar kecil mulai muncul lagi. Gelap awan badai itu seperti terbias sinar kecil yang kemerlap. Aku hanya ingin membiarkannya sekarang!
Coba saja, luka ini kau rasakan dan kau miliki seterusnya, coba saja kau diam dan kau lihat bagaimana bentuk hatiku saat itu! Saat kamu pergi dan datang lagi sesuka hati! -_-
_Atiqoh13November20115.22am_
Tidak ada komentar:
Terima kasih sudah membacanya sampai selesai, semoga bermanfaat :) Please jangan tinggalkan link hidup dalam kolom komentar!
comment