Jarak Cemburu juga Benci pada Rindu
Airmata ini menetes, entahlah seperti desiran hangat memenuhi hatiku seketika itu. “ndu’ hebat :) “ meski hanya kata itu yang kau balaskan. Mungkin pada akhirnya, aku memang harus berterimakasih padamu, sudah menyiapkanku untuk mandiri. Aku tahu rasanya itu, seperti menahan kentut yang meledakledak dan akan malu jika sampai keluar -_-
Saat aku punya waktu untuk sendiri, aku selalu menggunakannya untuk bercermin dan bercerita tentang diriku pada bayanganku di pantulan cermin itu, satu hal yang aneh, tapi itu yang sering aku lakukan, dari dulu. Terkadang, tidak semua yang kita rasakan harus dibagi dengan orang lain, bahkan orang terdekat sekalipun. Meski begitu berat, bahkan mungkin bisa menjadi racun yang perlahan mematikan. Dan begitulah caraku mengurangi racun itu, menceritakannya dengan bayanganku, yang lebih mengerti diriku. Dan bercerita pada Tuhan, yang Maha Tahu :)
Lihat kertas putih itu! Ada ukiran pena, didalamnya berupa air mata, jarak cemburu juga benci pada rindu yang tak bersudah! -_-
Perasaan ini hanya terhalang oleh cara pandang kita yang berbeda, kamu yang tidak pernah mau mengerti bagaimana cara memperlakukan cinta dengan sederhana, tanpa keegoisan semata. Aku yang tidak pernah tahu bagaimana menyampaikan rindu dengan semestinya, tidak hanya dengan keegoisan. Sepertinya hal yang sepele, tapi itu batu besar bagi jalan cerita ini, jalan cerita yang selalu kuinginkan akan berakhir bahagia. Merasa tidak ada yang patut disalahkan. Mungkin bukan aku, bukan juga kamu.
Kudiamkan, rasa ini terus mengalir mengikuti waktu, meski terus perlahan menyakitkan, meski harus terus terkikis, tapi kamu pasti takkan pernah tahu da takkan mau tahu kan?! Menggenggamnya sendiri, mungkin lebih baik.
TulisanAnehKu.21112011.5:38am
Saat aku punya waktu untuk sendiri, aku selalu menggunakannya untuk bercermin dan bercerita tentang diriku pada bayanganku di pantulan cermin itu, satu hal yang aneh, tapi itu yang sering aku lakukan, dari dulu. Terkadang, tidak semua yang kita rasakan harus dibagi dengan orang lain, bahkan orang terdekat sekalipun. Meski begitu berat, bahkan mungkin bisa menjadi racun yang perlahan mematikan. Dan begitulah caraku mengurangi racun itu, menceritakannya dengan bayanganku, yang lebih mengerti diriku. Dan bercerita pada Tuhan, yang Maha Tahu :)
Lihat kertas putih itu! Ada ukiran pena, didalamnya berupa air mata, jarak cemburu juga benci pada rindu yang tak bersudah! -_-
Perasaan ini hanya terhalang oleh cara pandang kita yang berbeda, kamu yang tidak pernah mau mengerti bagaimana cara memperlakukan cinta dengan sederhana, tanpa keegoisan semata. Aku yang tidak pernah tahu bagaimana menyampaikan rindu dengan semestinya, tidak hanya dengan keegoisan. Sepertinya hal yang sepele, tapi itu batu besar bagi jalan cerita ini, jalan cerita yang selalu kuinginkan akan berakhir bahagia. Merasa tidak ada yang patut disalahkan. Mungkin bukan aku, bukan juga kamu.
Kudiamkan, rasa ini terus mengalir mengikuti waktu, meski terus perlahan menyakitkan, meski harus terus terkikis, tapi kamu pasti takkan pernah tahu da takkan mau tahu kan?! Menggenggamnya sendiri, mungkin lebih baik.
TulisanAnehKu.21112011.5:38am
Tidak ada komentar:
Terima kasih sudah membacanya sampai selesai, semoga bermanfaat :) Please jangan tinggalkan link hidup dalam kolom komentar!
comment